Jumat, 23 Mei 2008

Menyibak Masa Lalu



Malang Tempo Doeloe.Sebaris kata yang begitu bermakna bagi masyarakat Malang Raya.Sebuah acara yang membedah atau menampilkan budaya di Bumi Arema pada masa silam.Mulai dari masa kerajaan Kanjuruhan dan Singosari yang berpusat di wilayah ini.Juga tatkala Malang Raya menjadi bagian dari kerajaan Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah hingga menjadi bagian dari kerajaan Majapahit yang berpusat di sekitar Trowulan,Mojokerto,sampai pada era kolonial Hindia Belanda.Maka,dibagilah arena acara di Jalan Ijen,Malang,itu dalam periodisasi masa-masa tersebut.Lengkap dengan foto-foto candi peninggalan dan foto-foto kota Malang dan sekitarnya tempoe doeloe.Bahkan,di anjungan atau stan Majapahit ada pameran benda-benda bersejarah peninggalan era keemasan kerajaan tersebut.Terdiri dari berbagai macam arca,tempayan air,berbagai bentuk batu bata yang berukuran besar,juga beberapa bilah keris.
Sementara di kiri kanan jalan yang terdapat deretan pohon palem menjulang itu,bederet-deret stan penjual makanan tradisional yang sangat sulit dicari sekarang.Ada gulali,irisan tebu kecil-kecil,cenil,thiwul,ketela bakar,dan sebagainya.Hm,sebuah ajang wisata kuliner yang mengesankan di samping sebagai ajang wisata seni dan budaya.
Bicara soal seni dan budaya,acara tahunan yang bertajuk'Malang Kembali'sebagai nama resminya-orang lebih familier menyebutnya Malang Tempo Doeloe-inilah yang menjadi daya tarik utama.Ada berbagi macam kesenian tradisioanl yang ditampilkan dalam panggung-panggung pertunjukan.Beberapa di antaranya adalah panggung ludruk,panggung wayang dan tari,panggung ketoprak,panggung keroncong,serta panggung gambus dan pencak silat.Ada juga pengamen jalanan bergaya rastafarian(gaya rambut dan pakaian ala Bob Marley)yang memainkan irama reggae dengan alat musik jimbe dan kendang.Iramanya yang rancak manambah suasana semakin meriah.Meski jimbe bukan musik tradisi asli Indonesia,namun jika dikolaborasikan dengan kendang yang biasa dimainkan bersama gamelan kita,ternyata cukup menarik dan serasi.Sebuah simbol akulturasi asing dan lokal yang mengagumkan.
Tadi malam,saya menyempatkan diri berjalan-jalan ke arena tersebut.Berjejal-jejal bersama beribu-ribu manusia menyusuri stan demi stan.Kadang-kadang,rombongan sepeda motor kuno atau sepeda antik melintas riuh.Dan orang-orang akan bersorak ketika kendaraan-kendaraan tua ini melintas.Tahukah anda,apa yang paling menarik bagi saya?Kostum para pengunjung.Itulah jawabannya.Ya,sebagian besar pengunjung berpakaian'jaman dahoeloe'.Ada yang bergaya pejuang gerilya,ada yang berpakaian putih-putih khas pakaian orang-orang Belanda pada era kolonial,ada yang bergaya santri lugu bersarung,atau berpakaian ala tentara Jepang.Sungguh menggelikan melihat tingkah mereka.Hahahaha...
Dengan pakaian unik,masing-masing berebut mangambil gambar dengan latar belakang foto-foto candi atau suasana kota masa lalu berkuran raksasa.Beberapa kali,saya tak dapat menahan tawa.Orang lain pun demikian.Tergelak atau sekedar senyam-senyum.Hm,rupanya bukan saya saja yang terhibur oleh pemandangan semacam itu.Diantara panggung-panggung yang ada,panggung ludruklah yang paling menarik perhatian saya.Maklum,kesenian tradisional ini tidak bisa dijumpai di tempat kelahiran saya di Kebumen,Jawa Tengah.Ini adalah kesenian khas Jawa Timuran.Kalau wayang kulit atau ketoprak sudah sering saya saksikan.Begitu pula musik keroncong sudah sering saya dengar lewat kaset dan CD kepunyaan orangtua saya di rumah.Lelah berjalan kesana kemari,saya duduk di hamparan rumput hijau di tengah jalan Ijen yang legendaris ini.Segala macam suara masuk ke telinga.Musik,klakson sepeda motor kuno,bel sepeda antik,teriakan orang-orang,suara tawa,bercampur menjadi satu.Semua menghadirkan sensasi yang langka,tak bisa ditemukan di sembarang tempat.Malang Tempo Doeloe,di sinilah masa lalu hadir,persembahkan romantisme masa silam nan menawan.Saya rebahkan badan di rerumputan.Ah,betapa damainya jika dunia seperti ini.

Tidak ada komentar: